Senin, 22 Juni 2009

Suratku

Untuk seseorang yang telah melepaskan aku dari belenggu2 cinta terlarang. Pertama kali Aku melihat dan mengenalmu, seolah Aku punya harapan untuk lepas dr belenggu2 prasaan yg tak harus ada dlm benak jiwa dan pikiranku. Aku seolah melihat seberkas cahaya harapan yg selama ini Ku cari2 dan berharap dapat memberikan terang dalam gelapnya prjalanan yang kulalui tuk menuju tujuan yang pasti. Waktupun terus berlalu seiring langkah yang terus kupacu dan aku baru tersadar bahwa jalan yang kulalui begitu panjang dan melelahkan, begitu banyak halangan dan rintangan. Namun langkah kakiku pantang tuk berhenti karena cahayamu setia menemani dan aku yakin semuanya dapat kulalui walau dengan tertatih-tatih. Suatu saat badai datang menghantam memadamkan sinar yang kau berikan, merusak semua harapan yang kudambakan hingga langkahku pun berhenti di tengah jalan yang begitu gelap, tak tentu kemana arah tujuan. Pasuruan, 5 Maret 2009

Siapa yang Salah? Tukang Becak atau Penumpangnya

Suatu hari salah satu temenQ (sebut saja Cinta) hendak ke rumah yang Qtempati. Lokasinya berada di pusat perkotaan Pasuruan, tepatnya di Perum Istana Bestari. Awalanya sih memang ia terpaksa datang kerumahQ untuk berembuk mengerjakan pekerjaan yang ditugaskan oleh instansi/lembaga tempat kami bekerja. Oleh karena itu Qta sepakat utk berembuk di rumahQ pada hari Rabu,tanggal 30 Juli 2008 sekitar jam 10.00 WIB. Sebelum berangkat Cinta memintaQ untuk menunggu di depan pintu gerbang perumahan. Waktu itu aq sedang kerumah temenQ (sebut saja Ali) dan aq pulang agak telat, trus sesampai di rumah aq langsung mandi. Selesai mandi aq baru tau kalo Cinta dah sampai di daerah perumahanQ, aq pun menunggu dengan nyantainya di rumah coz Qpikir ia kan dah pernah kerumah 2 kali so tau lah jalan ke rumah. Eh…belum berapa lama Cinta pun telfon kaq dengan nada kesal, bingung dan pasrah sambil berucap,”Aduuuh rumahe pean tu manaa….?pokoe sekarang pean keluarO wes….!”. Akhirnya dengan bergegas aqpun langsung keluar rumah mencarinya, setelah ketemu aq langsung ketawa karena si Tukang Becaknya juga sedikit tertawa (mungkin heran karena penumpangnya bingung tidak tau harus berhenti dimana). Tapi emang benar sih, ternyata si Tukang Becak tadi disuruh muter-muter oleh Cinta. “Yang bener jaa siapa juga yang nyetir becak…”t’err… t’err...”, sanggah Cinta dalam hati. Siapa juga yang salah klo bgini…ini??? Yang jelas hanya orang-orang yang terlibat saja yang tau siapa yang salah. Hehehe... (end).
By Arul (Pasuruan, 30 Juli 2008)

B I N G K A I

Aku adalah pelindung yang tak pernah berkeluh kesah dibalik gaya sejuta pesona
Senantiasa menjaga tak kenal lelah, walau musim telah merubah seisi mayapada

Aku adalah saksi dibalik sejuta aksi
Yang kau abadikan tanpa kenal waktu yang terus berlari
Senantiasa menemani walau hina yang kudapati

Aku adalah pelengkap yang tak kan pernah lengkap tanpamu
Yang dengan gaya sejuta pesona kau buat mata terlena, mulut terperangah, hati terkesima
Aku kan selalu setia menemanimu hingga waktu yang kan jemu
Tuk lewati hari yang penuh dengan peluh
Kan ku ukir kenangan indah bersamamu

Arul’s Poem* (30 Desember 2008)