Selasa, 23 Desember 2008

S A N D A L

Bangkitkanlah jiwa ragamu dengan memuji kebesaran Tuhanmu yang dengan karunia-Nya segala nikmat menyapamu tiada pernah jemu

Bukalah mata dan batinmu tuk menyaksikan segala keagungan Tuhanmu yang tiada kan sebanding dengan kebaikan amal ibadahmu walau itu seumur hidupmu

Langkahkanlah kakimu dengan iringan dan lantunan nama Tuhanmu yang dapat mengantarmu pada cahaya di kala malam menyelimutimu

Pijakkanlah kakimu di atas pijakan-pijakan kokoh yang dengan anugerah-Nya kau dapat berdiri dengan tegap tuk menyambut hari esokmu

Keceriaan dan kebahagiaan itu akan menyambut hari-hari esokmu jika kau sendiri mau menyambutnya dengan penuh keceriaan dan kebahagiaan.

(Pas, 8 November 2008)
*Puisi ini Q persembahkan tuk tmnQ yg lg ultah (RKD)

Si Kucing yang Singgah ke Rumah

Waktu itu dikala udara pagi begitu segarnya sekitar pukul 5.30, aku duduk termenung di atas kursi yang berada di ruang tamu. Lagi-lagi bayangannya (seseorang yang special bagiku) hinggap dalam pikiranku. Seolah tak mau hilang walau sedetik saja dan aku selalu memikirkannya, lebih-lebih setelah aku membuatnya marah pada malam harinya. Aku merasa waktuku seolah kuhabiskan untuk memikirkan dan melamunkannya. Saat aku terlelap dalam lamunanku, aku dikagetkan oleh suara binatang yang seolah menyapa dari luar halaman rumah. “Meong…..meong…..meong” begitu sapanya (si kucing) seolah memanggilku dan membangunkanku dari lamunan. Dengan segera akupun menengok keluar rumah dan memanggilnya,” pus…..meong…..meong”. Mendengar panggilan itu ia pun langsung menghampiriku dan kusambut dengan belaian hangat sebagai tanda penyambutan kepadanya. Seolah telah mendapatkan izin dari yang punya rumah, iapun langsung nylonong masuk kedalam rumah. Akupun mengikuti dan mengamati apa yang ia lakukan. Akupun heran dengan tingkahnya karena seolah-olah si kucing ada yang menyuruh untuk melihat seisi rumah yang ku tempati. Awalnya Si kucing dengan santainya masuk melalui ruang tamu menuju ruang dapur. Barangkali mau nyari makanan untuk sarapan pagi, tapi karena tidak ada ia pun kembali ke ruang tamu. Saat berada di ruang tamu aq sempat membelainya dengan harapan ia mau menjadi temanku dan senang ia pun menerima belaian itu sambil sesekali menunjukkan cakarnya seolah-olah mengajakku bermain sembari mencakar-cakar kursi yang ada di sebelahnya. Setelah beberapa kemudian, kucing itupun bangkit dan berjalan menuju meja TV yang ada di depan ruang tamu. Sesampainya disana, kucing itu pun langsung melompat keatas meja dan meneruskan pengamatannya dengan melihat ruang / teras belakang dari atas meja. Melalui jendela yang ada di belakang meja TV itu, si kucing melihat sela-sela ruang belakang dengan seksama. Setelah dirasa pengamatannya cukup ia pun segera melompat dan melanjutkan pengamatannya di ruang tidurku. Aku sambil duduk di kursi hanya memperhatikannya dari jauh dan membiarkan si kucing masuk ke kamar. Tidak berselang lama, ia pun menampakkan diri dan langsung menuju ke teras luar rumah. Sesampainya disana ia pun berteriak dengan suara khasnya,”meong…….meong……….?”. Si kucing seolah mengucapkan salam perpisahan, akupun langsung keluar menuju teras depan sambil menyahuti salamnya tersebut. Sebelum pergi jauh akupun sempat memanggilnya dengan harapan agar ia tidak pergi. Si kucing pun merespon panggilanku sambil mendekat menghampiriku. Setelah ada di dekatku aku membelainya lagi dengan penuh harap agar ia tidak segera pergi meninggalkanku. Namun setelah beberapa lama dan sempat bermain-main denganku, si kucing akhirnya pergi. Aku berusaha memanggilnya tapi ia tak menghiraukannya dan akupun sadar bahwa mungkin kucing itu mau pulang ke rumah tempat ia berkumpul bersama keluarga, rumah dimana kebahagiaan dan ketenteraman ia rasakan bersama. Akupun dari depan pintu hanya bisa berucap dalam hati, “Selamat tinggal kucing yang manis, semoga kau dapatkan kebahagiaan yang kau harapkan”. Setelah kucing itu pergi, aku berjalan menuju ruang tamu dan mengambil posisi duduk senyaman mungkin. Pikiranku masih terbayang dengan si kucing itu sembari berkata dalam hati, “Terima kasih kau telah sudi singgah di rumah ini. Walau hanya sesaat kehadiranmu telah memberikan arti, warna, dan cerita yang tidak pernah kan ku lupa sepanjang masa. Semoga Tuhan memberikan waktu dan keempatan kita tuk bersua.” (Arul’s Story_Pasuruan, 26-08-08)

Sabtu, 06 Desember 2008

Waktu Begitu Cepat Berubah

Waktu begitu cepat berubah
Seolah tiada mengenal rasa
Yang berkecamuk dalam dada
Bak samudera yang bergelora
Tak tahu arah kemana kan singgah

Waktu begitu cepat berubah
Seolah tiada mengenal rasa
Yang menggebu dalam jiwa
Bak udara yang ku hela
Tak pernah bosan tuk menyapa

Waktu begitu cepat berubah
Seolah tiada mengenal rasa
Yang mengharap fatamorgana
Bak mimpi di kala senja
Yang tak tentu bila kan nyata

(Pasuruan,19-8-'08)

Smua Tlah Ku Coba…

Bayangmu datang dengan tiba-tiba
Entah kapan entah dimana
Tanpa disangka dan diduga
Hatipun ingin engkau menyapa

Saat waktunya tlah tiba
Hatipun mulai berbunga rasa
Entah mengapa apa sebabnya
Hati ini mulai gundah

Waktu begitu cepat berlalu
Hingga akhirnya akupun tahu
Tak mungkin hati kan berlabuh
Dalam bahtera kalbumu…

Aku diam terpaku…
Seolah tunduk pada sang waktu
Yang terus melaju …
Tak tahu kemana arah yang dituju

Tlah ku coba dengan sgala daya yang ada
Tuk menghapus bayangmu dari mata
Tuk menghapus namamu dalam dada
Tuk menghapus jejakmu dalam jiwa

Smua tlah ku coba…
Namun apalah daya yang ku punya
Biarlah Tuhan yang menentukan arah
Hanya pasrah dan doa dalam jiwa
Smua tlah ku coba…

(Pasuruan,19-8-'08)

Sabtu, 06 September 2008

You 're My Story

Kau hadir bak air yang mengalir
Berhembus bak angin nan semilir
Bercahaya bak sinar di gelap gulita
Menyapa bak udara yang ku hela

Hadirmu telah memberiku warna
Penuh corak ragam nan mempesona
Hadirmu telah memberiku rasa
Penuh aroma nan menggugah selera

Kau adalah cerita yang tak pernah asa
Kau adalah cerita yang tak pernah sirna
Kau adalah cerita yang slalu menyapa
Mengisi setiap jiwa penuh ceria

(By Arul_6 Sept 08)